Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh _monggo pinarak ingkang sekeco_

Minggu, 10 Mei 2015

Aqidah

Aqidah adalah apa yang diyakini seseorang, bebas dari keraguan. Aqidah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun
bagi orang yang meyakininya. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah Islam
merupakan syarat pokok menjadi seorang mukmin, dan merupakan syarat
sahnya semua amal kita. Untuk memperoleh aqidah yang lurus kita perlu
mempelajari dan memahami sifat-sifat Allah dan apa-apa yang disukai
dan dibenci Allah. Tanpa aqidah yang lurus maka amal ibadah kita tidak
diterima-Nya. Salah satu hal yang paling dibenci Allah SWT adalah
syirik, yaitu mensejajarkan diri-Nya dengan makhluk atau benda
ciptaan-Nya. Allah berfirman, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang yang
merugi" (QS, Az-Zumar: 65).

Aqidah adalah tauqifiyah, artinya tidak bisa ditetapkan kecuali dengan
dalil, dan tidak ada medan ijtihad atau berpendapat didalamnya.
Sumbernya hanya al-Qur'an dan as-Sunnah, sebab tidak ada yang lebih
mengetahui tentang sifat-sifat Allah selain Allah sendiri. Aqidah
Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan ta'at
kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan mengimani
seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh
berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah yang
shahih serta ijma' Salafush Shalih.

Begitu pentingnya aqidah dalam Islam, sehingga pelurusan aqidah adalah
dakwah yang pertama-tama dilakukan para rasul Allah, setelah itu baru
mereka mengajarkan perintah agama (syariat) yang lain. Didalam Al
Qur'an, surat Al-A'raf ayat 59, 65, 73 dan 85, tertulis beberapa kali
ajakan para nabi, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada Tuhan selain-Nya". Dengan demikian ilmu Tauhid sebagai ilmu yang
menjelaskan aqidah yang lurus, merupakan ilmu pokok yang harus
dipahami sebaik mungkin oleh setiap umat Islam yang ingin memperdalam
ilmu agamanya. Tanpa aqidah yang benar seseorang akan terbenam dalam
keraguan dan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup
pandangannya dan menjauhkannya dari jalan hidup kebahagiaan. Tanpa
aqidah yang lurus seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu
oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan kita.

Muslim

Aqidah adalah fondasi bangunan seorang umat Muslim, sedang ibadah
(syariah) adalah dinding bangunan seorang Muslim, lalu akhlak adalah
atapnya.
Tanpa fondasi maka ia pun tidak bisa mendirikan bangunan diri seorang
Muslim, tanpa aqidah yang benar dan lurus iapun tidak pantas disebut
seorang Muslim.
Tanpa ibadah yang sesuai syariah Islam, iapun belum sempurna untuk
dikatakan sebagai sebuah bangunan yang bernama Muslim.
Demikian pula, tanpa Atap yang bernama akhlak, bangunan yang bernama
Muslim ini belum utuh dan akan mudah rusak oleh hujan dan panas.
Muslim yang baik wajib memiliki ketiga syarat ini (aqidah, ibadah dan
akhlak) secara lengkap, tidak kurang satupun, dan harus sempurna.
Bila aqidahnya salah, maka kekal lah ia di neraka, bila ibadah dan
akhlak buruk maka ia 'mungkin' masih berpeluang masuk surga setelah
di'cuci' dulu di neraka.
Semoga kita tidak termasuk sebagai orang yang di'cuci' dulu, apalagi
kekal, di neraka.
Mumpung kita masih hidup di dunia ini, semoga kita diberi ilmu oleh
Allah SWT mengenai kedahsyatan akhirat dan neraka, supaya kita tidak
menggampangkan diri untuk menganggap bahwa di'cuci' di neraka adalah
bukan masalah besar.
Tidak untuk sedetikpun !
Naudzu billah min dzalik.

Sabtu, 09 Mei 2015

Rahmat Allah SWT

Rasulullah SAW pernah berkata, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak
bisa memasukkan kalian ke surga".
Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?".
Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh sayapun juga tidak cukup".

Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita
masuk surga?" .
Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya karena
rahmat dan kebaikan Allah semata".

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya
bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah..
Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari
puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk
surga.

Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita
tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.
Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga
bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Cinta Orang Tua dan Allah SWT

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang
anak muda yang pundaknya lecet-lecet.
Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu :
"Kenapa pundakmu itu ?"
Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai
seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak
pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang
hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya
selalu menggendongnya".
Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah
termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?"
Nabi SAW sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda itu ia
berkata : "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak
yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan
terbalaskan oleh pengorbanan dan kebaikanmu".

Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita
ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita
terhadap anaknya.
Kita merasa sudah cukup, tapi dalam perhitungan Allah nilai jasa
kedua orang tua pada anaknya jauh lebih besar nilainya dari yang
dibayangkan manusia.
Pasti ada sesuatu perbuatan lain yang harus kita lakukan untuk
memperbanyak balas budi kita pada kedua orang tua kita.
Diantaranya dengan cara menjadi anak yang sholeh dan selalu mendoakan
kedua orang tua kita.

Untuk membalas budi kedua orang tua saja kita tidak akan pernah
sanggup, apalagi membalas kebaikan Tuhan yang mengkaruniakan kita
fitrah kasih sayang pada kedua orang tua kita, yang mengkaruniakan
kita mata yang mampu melihat, telinga yang mampu mendengar, lidah yang
mampu merasakan kelezatan makanan, yang telah mengkaruniakan kita
udara secara gratis.

Orang Kaya

Menurut Rasulullah SAW bahwa orang yang kaya akan dicintai oleh Allah.
Namun, yang dimaksud kaya disini adalah kaya hati dan bukanlah kaya
dengan materi dunia.

Rasulullah SAW bersabda :

"Bukanlah orang yang kaya itu dengan banyaknya harta, namun orang kaya
itu adalah kaya jiwa / hati." (HR. Bukhari).

Orang yang kaya hati, maka hidupnya akan lapang dan tidak merasa
sempit, meskipun hidupnya sederhana.
Harta dunia tidak menjamin akan ketenangan dan kebahagian hidup,
bahkan boleh jadi menjadi penyebab kegelisahan dalam hidup jika
didapatkan dengan cara yang tidak halal sehingga tidak ada keberkahan
dalam hartanya bahkan akan menjauhkan diri dari Allah.

Na'udzubillah min dzalik.

Bersiap-siap Menghadapi Kematian

Orang yang bertakwa senantiasa ingat mati, sehingga hidupnya menjadi
produktif dalam beramal sebagai bekal kepulangannya.
Tiada waktu untuk leha-leha dan bermalas-malasan, karena dia tahu
bahwa maut pasti akan datang sewaktu-waktu.
Baginya, waktu adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan
untuk memperbanyak amal ibadah.

Rasulullah SAW bersabda :

"Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara lagi : Hidupmu
sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum
sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu." (HR.
Baihaqi dari Ibnu Abbas).

Qanaah Dalam Hidup

Qanaah artinya merasa cukup dengan nikmat yang diberikan Allah.
Sehingga hidup penuh dengan rasa syukur.
Qanaah bukan berarti pasif, tapi aktif dalam berikhtiar, fokus dan
bersungguh-sungguh dalam beramal, namun untuk hasil sepenuhnya
diserahkan kapada Allah SWT.

Merasa Takut Kepada Allah SWT

Takut kepada Allah berbeda dengan ketakutan kita kepada makhluk, jika
kita takut kepada harimau maka kita akan menjauhinya.
Namun, jika kita takut kepada Allah maka kita harus mendekati-Nya
dengan senantiasa meningkatkan kualitas ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan.
Efek positif dari rasa takut ini, maka akan muncul sikap hati-hati
dalam berbuat, sehingga perbuatan kita tidak akan seenaknya, namun
akan penuh pertimbangan.

Gegaraning Wong Akrami

Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitané
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angèl, angèl kalangkung
Tan kena tinumbas arta

Gelas= tugel gak kena dilas

Cengkir = Kencenging pikir

Tebu = Anteping kalbu

Kuping = Kaku tur njepiping

Syarat / modal orang membangun rumah tangga, Bukan harta bukan rupa,
Hanya hati bekalnya, Gagal sekali itu berhasil ya sekali itu, Jika
mudah maka sangatlah mudah, Jika sukar maka teramat sukar, Tidak bisa
dibeli dengan uang (kebahagiaan rumah tangga tersebut.

Kita perhatikan wejangan tersebut diatas. Sebagai modal pokok
membangun kehidupan berumah tangga bukan pada banyaknya harta yang
dimiliki dan juga bukan karena ketampanan atau kecantikan yang
dipunyai.
Mengapa ?
Karena harta dan wajah hanya barang titipan, sebagai anugerah ilahi.
Harta bisa dicari. Harta bisa sedikit dan bisa bertambah banyak.
Sedangkan rupa wajah lebih labil lagi.

Dengan bertambahnya usia maka ketampanan dan kecantikan ikut tergerus
dimakan umur.
Modal utama adalah hati.
Bukan pengertiannya hanya cinta belaka.
Namun hati disini lebih merujuk pada niat, tekat dan semangat.
Sebaik-baik niat berumah tangga adalah karena Allah semata sebagai
perwujudan ibadah, yaitu untuk membangun rumah tangga demi menjalankan
tugas kekhalifaahan di muka bumi ini.
Dan, tentu saja bagi muslim, pernikahan adalah sunah rasul yang mulia.